Akhir Era B747, Sisa 4 Pesawat Lagi

Empat B747 yang belum dikirimkan Boeing seluruhnya merupakan pesanan salah satu maskapai kargo yang berbasis di AS, Atlas Air.
B747-8F (Avionale)

AVIATREN.com – Boeing baru saja mengirimkan pesawat seri 747 untuk tipe kargo 747-8F ke perusahaan logistik asal Amerika Serikat (AS), United Parcel Service (UPS) pekan lalu.

Dengan begitu, tersisa empat unit 747 yang belum dikirimkan Boeing untuk program pesawat tersebut, di mana seluruhnya merupakan milik salah satu maskapai besar yang berbasis di AS, Atlas Air.

Rencananya, pengiriman tersebut bakal dirampungkan dalam beberapa bulan ke depan, dan setelah itu, Boeing tak akan lagi memproduksi pesawat yang biasa dijuluki “Queen of the Skies” tersebut.

Diketahui, program Boeing 747 sendiri dimulai sejak penerbangan perdana pesawat tersebut sekitar tahun 1970-an.

Semasa hidupnya, pesawat seri tersebut sudah disambangi dengan sejumlah pembaruan, baik itu dari desain maupun modelnya, dengan model terbaru 747-8 yang diluncurkan pada 2005 lalu. Pesawat tipe tersebut hadir dalam dua varian, yaitu 747-8F untuk pasar kargo dan 747-8I untuk pasar komersil.

Pada awalnya, Boeing memprediksi bahwa akan ada sekitar 300 pesanan untuk pesawat 747-8, namun mereka tidak memenuhi target lantaran kesulitan untuk menjual pesawat tersebut.

Faktor yang bikin program 747 dihentikan

Kesulitan Boeing menjual 747 dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya tentunya adalah hadirnya varian pesawat lain yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Seperti diketahui, Boeing 747 sendiri ditenagai dengan empat mesin yang sejatinya lebih banyak menghasilkan emisi karbon dibandingkan pesawat lainnya yang memiliki dua mesin.

Tingkat efisiensi pesawat ini menjadi faktor yang berpengaruh sebelum para maskapai membeli sebuah pesawat, terlebih ada target nol emisi karbon di industri penerbangan yang rencananya bakal tercapai pada 2050 mendatang.

Selain lebih efisien, hadirnya pesawat dengan kapasitas penumpang dan jarak tempuh yang kompetitif macam Airbus A321XLR juga membuat 747 menjadi pilihan yang kurang tepat bagi para maskapai, terutama mereka yang membuka rute internasional antarbenua.

Faktor lainnya yang memaksa program 747 harus dihentikan adalah pandemi Covid-19. Pada masa ini, banyak maskapai yang memarkirkan pesawatnya di bandara, di mana semakin besar pesawat, maka semakin besar pula biaya sewanya.

Ada pula faktor kompetitor, yaitu Airbus yang meluncurkan pesawat “Superjumbo” A380 beberapa tahun setelah model terbaru dari seri 747 diperkenalkan Boeing.

Sebagaimana dirangkum Aviatren dari SimpleFlying, Selasa (19/4/2022), A380 biasanya memiliki kapasitas penumpang sekitar 500 orang dalam konfgurasi tiga kelas penerbangan, lebih banyak dibanding 747-8 yang memiliki kapasitas sekira 300-400 orang untuk konfigurasi kelas penerbangan yang sama.

Dengan banyaknya faktor ini, tak bisa dipungkiri bahwa era Queen of the Skies akan mendekati akhir program dan kehadirannya di langit pun dipastikan tak akan sebanyak dahulu kala.

Advertisement