AVIATREN.com - Bulan Desember, 50 tahun yang lalu, prototipe pesawat jet supersonik Concorde dikenalkan untuk pertama kalinya di Toulouse, Perancis. Lebih tepatnya, prototipe Concorde muncul pada 11 Desember 1967.
Pesawat penumpang dengan kecepatan super cepat itu kemudian terbang perdana secara komersil pada 21 Januari 1976. Dua maskapai, Air France dan British Airways menjadi operator pertama Concorde. Keduanya terbang perdana tepat pada pukul 11.40 pagi dari masing-masing kota.
Maskapai British Airways menempuh penerbangan London-Bahrain, sementara maskapai Air France menempuh penerbangan Paris-Rio de Janeiro via Dakar di Senegal.
Namun setelah beroperasi selama 27 tahun, Concorde harus pensiun karena kendala operasional. Penerbangan komersil terakhir Air France dengan Concorde terjadi pada 27 Juni 2003. Sementara British Airways memensiunkan Concorde pada 24 Oktober di tahun yang sama, setelah melakukan tur perpisahan. Era penerbangan supersonik pun berakhir kala itu.
Kini, 14 tahun setelah penerbangan terakhir Concorde, babak kedua penerbangan supersonik mulai disingkap. Dua proyek pesawat jet supersonik sedang dikembangkan, satu adalah proyek dari perusahaan rintisan Boom, dan yang kedua adalah proyek yang dikerjakan antara Lockheed Martin dan Aerion.
Keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda. Boom memilih mengembangkan jet penumpang supersonik untuk komersil, sementara Lockheed Martin-Aerion mengembangkannya untuk sektor private jet (jet pribadi).
Boom
Boom Technology Inc., perusahaan rintisan asal Denver, AS, beramibisi membuat pesawat jet supersonik dengan kapasitas 55 kursi, yang lebih kencang, senyap, dan terjangkau dibandingkan dengan Concorde.
Untuk diketahui, Concorde mampu terbang dengan kecepatan maksimum Mach 2,04 atau 2,04 kali kecepatan suara. Boom mengklaim pesawat supersonik rancangannya bisa terbang dengan kecepatan Mach 2,2, atau 10 persen lebih kencang dari Concorde.
Dengan kecepatan itu, penerbangan New York – London yang berkisar antara 7-8 jam, bisa dipangkas menjadi hanya 3 jam 15 menit. Boom menargetkan pesawat jet supersonik-nya bisa mulai beroperasi secara komersil pada 2020.
Upaya yang dilakukan oleh Boom ternyata mendapat sambutan dari maskapai Jepang, Japan Airlines (JAL). Maskapai terbesar kedua asal Jepang itu pada awal Desember 2017 ini menginvestasikan 10 juta dollar AS (sekitar Rp 135 miliar) kepada Boom untuk mengembangkan pesawat supersonik.
Sebagai bagian dari kesepakatan, JAL akan memiliki opsi untuk membeli 20 pesawat Boom, memberikan masukan untuk desain pesawat, serta memberi masukan bagaimana penerbangan supersonik harus dilakukan untuk melayani penumpang.
Kabin pesawat supersonik buatan Boom juga diklaim bakal lebih senyap 30 persen dibanding Concorde, dan biaya tiketnya bisa ditekan 75 persen lebih murah dibanding tiket kelas bisnis yang ada saat ini. Hal tersebut bisa dicapai berkat efisiensi bahan bakar yang dimiliki Boom.
Lockheed Martin-Aerion
Sementara pabrikan pesawat AS, Lockheed Martin dan Aerion mengembangkan pesawat jet supersonik untuk kalangan pebisnis. Keduanya mengumumkan penandatanganan Nota Kesepahaman di awal Desember 2017 untuk melakukan studi pembuatan pesawat yang diberi nama Aerion AS2.
Lockheed Martin sendiri dikenal sebagai produsen jet tempur, seperti F-16 Fighting Falcon dan F-22 Raptor. Selain itu, Lockheed Martin juga memproduksi perangkat elektronik untuk kebutuhan militer.
Konsep pesawat jet pribadi yang dikembangkan Aerion.(Aerion)
“Kerja sama ini menjadi kunci kebangkitan penerbangan supersonik. Soal ini, kemampuan Lockheed Martin sudah tidak diragukan lagi,” kata Robert M. Bass, Chairman Aerion dikutip AVIATREN dari FlyingMag, Rabu (20/12/2017).
Aerion sendiri bakal membawa teknologi aerodinamikanya dalam kerja sama, dan membuat desain konsep Aerion AS2. Konsep Aerion AS2 telah dikerjakan Aerion selama 2,5 tahun. Saat itu, Aerion menggandeng produsen pesawat Perancis, Airbus dalam membuat desain awal.
Beberapa desain awal Aerion AS2 antara lain adalah layout sistem, struktur rangka (airframe), dan sayap pesawat. Aerion juga telah bekerja sama dengan GE Aviation, produsen mesin pesawat jet AS, untuk membuat rancangan mesin pesawat supersonik.
Belum dijelaskan, berapa lama kerja sama antara Aerion dan Lockheed Martin, dan kapan Aerion AS2 bakal mulai beroperasi.