Ilustrasi Garuda Indonesia (Reuters)

AVIATREN.com – Garuda Indonesia dalam laporan keuangan tahun 2019 melaporkan laba bersih 6,9 juta dollar AS (sekitar Rp 112 miliar).

Hal ini berbanding terbalik dengan laporan keuangan sepanjang 2018, di mana Garuda Indonesia mencatat rugi bersih 232 juta dollar AS (Rp 3,8 triliun).

Garuda Indonesia juga membukukan laba usaha sebesar 147 juta dollar AS, atau setara Rp 2,45 triliun. Berbalik dari ruhi usaha pada 2018 lalu yang sebesar 199 juta dollar AS (Rp 3,3 triliun).

Dikutip AVIATREN dari CNBC Indonesia, Rabu (1/4/2020), pendapatan usaha Garuda Indonesia tumbuh 5,6 persen sebesar 4,57 miliar dollar AS, dari tahun sebelumnya 4,33 miliar dollar AS.

Total cost Garuda Indonesia menurun 4 persen senilai 4,4 miliar dollar AS, karena alasan penghematan seperti dari biaya operasional, pemeliharaan, dan layanan penumpang juga telah dipangkas. 

Di sisi lain, Garuda Indonesia sebenarnya mengalami kerugian atas selisih kurs dengan nilai bersih 32,6 juta dollar AS, berbalik dibanding 2018 yang mencatat 28,36 juta dollar AS.

Tahun lalu, Garuda sempat menggegerkan dunia pasar modal setelah terkuat upaya manajemen lama memoles kinerja bisnis perusahaan.

Seperti diketahui, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) kompak memberikan sanksi atas laporan keuangan GIAA tahun buku 2018 yang dinilai melanggar ketentuan dari standar akuntansi yang ada.