AVIATREN.com – Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat (AS) meminta agar seluruh operator pesawat Boeing 787 melakukan power-cycle (mematikan dan menyalakan lagi) pesawat tersebut setiap 51 hari sekali.
Hal itu menurut FAA untuk mencegah apa yang disebut dengan “beberapa skenario kegagalan yang berpotensi mendatangkan bencana.” Hal itu termasuk kemungkinan jaringan switch di pesawat mengalami crash.
Power-cycling menurut FAA dibutuhkan untuk mencegah agar data yang sudah lama (basi) tidak dikumpulkan lagi oleh sistem pesawat. Hal ini diketahui sempat terjadi di beberapa pesawat 787 yang berbeda-beda.
Menurut edaran yang dibuat oleh FAA, jika pesawat terus dinyalakan lebih dari 51 hari, maka pesawat bisa menampilkan data yang tidak akurat (misleading) kepada pilot, termasuk airspeed, altitude, attitude, dan indikasi mesin.
Selain itu, dikutip AVIATREN dari The Register, Rabu (8/4/2020), alarm yang memperingatkan pesawat apabila terjadi stall atau overspeed juga bisa tidak berfungsi dengan baik.
Common Core System (CCS) milik B787 bisa berhenti memfilter data lama, sehingga bisa menyebabkan common data network (CDN) di dalam pesawat tidak bisa memvalidasi umur pesan yang tersimpan. CDN adalah istilah avionic Boeing untuk jaringan Ethernet di dalam B787.
Sudah menjadi praktik umum bagi maskapai komersil membiarkan pesawat menyala berhari-hari, sembari pergantian kru di bandara, atau terhubung dengan ground power sementara pesawat menginap di bandara untuk dibersihkan atau maintenance.
Instruksi untuk me-restart pesawat dalam jangka waktu tertentu ini bukan yang pertama dialami B787. Sebelumnya pada 2015 lalu, FAA menginstruksikan hal yang sama, hanya saja periode waktunya lebih lama, yakni 248 hari sekali.
Hal tersebut menurut FAA perlu dilakukan untuk mencegah matinya listrik dan sistem kontrol dalam B787, setelah pesawat dibiarkan terhubung dengan daya listrik dalam waktu yang lama.