Qatar Airways mengutip standar keselamatan EASA, di mana kerusakan pada lapisan penangkal petir bisa menyebabkan kebakaran.
A321neo Qatar Airways

AVIATREN.com – Drama antara maskapai Qatar Airways dan produsen pesawat Airbus terus berlanjut.

Yang terbaru, Qatar Airways mengeklaim bahwa isu lapisan cat pada pesawat A350 yang mereka permasalahkan belakangan ini dapat menimbulkan masalah lainnya, yaitu kebakaran tangki bahan bakar pesawat (avtur).

Klaim ini tercantum dalam dokumen pengadilan Airbus vs Qatar Airways yang dirilis belum lama ini, sebagaimana dilaporkan Bloomberg.

Dalam dokumen tersebut, Qatar Airways mengutip standar keselamatan regulator penerbangan Eropa (EASA) pada April 2021 lalu, di mana kerusakan pada lapisan penangkal petir akan menyebabkan kebakaran, terutama apabila petir menyambar area sekitar tangki avtur.

Adapun Qatar Airways mengatakan bahwa lapisan baja penangkal petir di sekitar sayap pesawat A350, tempat di mana avtur ditampung, bisa cepat aus dan tidak berfungsi apabila banyak angin dan polutan yang mengkikis lapisan tersebut.

Masalah ini, menurut Qatar Airways, tentunya bisa terjadi lantaran adanya degradasi pada lapisan cat A350. Kerusakan pada cat pun bisa mengikis material-material yang ada di bawahnya, termasuk lapisan baja penangkal petir tadi.

Airbus belum menanggapi komentar terbaru dari Qatar Airways ini. Namun, ini merupakan salah satu dari rangkaian perseteruan Airbus dengan Qatar Airways yang sudah berlangsung selama satu tahun belakangan.

Drama Airbus vs Qatar Airways

Qatar Airways

Seperti diketahui, drama Airbus vs Qatar Airways berawal sekitar 2021 lalu, di mana maskapai asal Doha tersebut menyadari bahwa ada degrasasi dan pengelupasan pada lapisan cat pesawat A350 milik mereka.

Qatar Airways menganggap isu ini sebagai masalah keamanan, lantaran lapisan cat yang cacat bisa merusak lapisan dinding yang berada di bawahnya dengan cepat, seperti kerusakan pada lapisan penangkal petir tadi.

Sebagai langkah lanjutan, Qatar Airways pun langsung meng-grounded 13 unit A350 milik mereka pada Agustus 2021 lalu demi alasan keselamatan, dan jumlahnya kini bertambah menjadi sekitar 20 unit.

Berbeda dengan Qatar Airways, Airbus justru menganggap masalah ini sebagai masalah kosmetik belaka dan bukan tergolong sebagai masalah keselamatan penerbangan.

Hal ini didukung dengan EASA yang belum mengkategorikan isu cat A350 sebagai masalah kelaikan udara, dan hingga saat ini, pesawat tipe tersebut masih dizinkan atau laik terbang.

Karena dua pendapat yang tidak bisa disatukan ini, baik Airbus dan Qatar Airways sama-sama menyerang dan balik menuntut satu sama lain di pengadilan setempat.

Qatar Airways menuntut Airbus serta meminta kompensasi kurang lebih 1 miliar dolar AS (sekitar Rp 14,3 triliun), dan menolak segala pengiriman A350, termasuk dua unit yang sudah masuk jadwal pengiriman, sampai proses penyelidikan resmi terkait cat pesawat tersebut selesai.

Sementara itu, Airbus menuntut Qatar Airways dan meminta ganti rugi setidaknya 220 juta dolar AS (sekitar Rp 3,1 triliun) terkait dua unit pesawat A350 yang telantar lantaran maskapai tersebut menolak menerimanya.

Content Writer

View all posts