AVIATREN.com – Pameran dirgantara terbesar di dunia, Paris Air Show 2025, kembali menjadi ajang unjuk gigi produsen pesawat global. Di tengah hiruk-pikuk kesepakatan bisnis bernilai miliaran dolar, pameran yang digelar di Le Bourget, Prancis, ini memperlihatkan dinamika menarik: Airbus mendominasi, Embraer menguat, dan Boeing memilih menahan diri.
Jika edisi-edisi sebelumnya dipenuhi duel ketat antara Airbus dan Boeing, tahun ini pameran terasa berbeda. Airbus tampil agresif dengan puluhan kontrak baru, sementara Boeing tampil lebih hati-hati menyusul insiden kecelakaan fatal Air India Flight 171 beberapa bulan sebelumnya.
Airbus Panen Pesanan
Airbus menjadi bintang utama Paris Air Show 2025. Total pesanan firm yang mereka kantongi mencapai lebih dari 240 unit, belum termasuk opsi tambahan dari berbagai maskapai dan perusahaan leasing.
Beberapa transaksi yang menonjol di antaranya:
- AviLease dari Arab Saudi memesan 10 A350F dan 30 A320neo, dengan opsi lebih lanjut untuk menambah hingga total 77 unit.
- Riyadh Air juga memperkuat armada jarak jauhnya dengan memesan 25 A350-1000, plus opsi 25 unit tambahan.
- Maskapai asal Polandia, LOT, memesan 40 Airbus A220, sementara EgyptAir menambah 6 A350-900.
- Starlux Airlines dari Taiwan memperluas portofolio long-haul mereka dengan 10 A350-1000 baru.
Di sektor leasing, raksasa seperti Air Lease Corp, BOC Aviation, dan GECAS memesan lebih dari 100 pesawat A320neo series.
Airbus juga berhasil mengamankan MoU dengan VietJet untuk pembelian 100 A321neo, menjadi bukti kepercayaan maskapai Asia terhadap efisiensi pesawat narrowbody jarak jauh.
Embraer: Kecil-kecil Cabe Rawit
Jika Airbus berjaya di langit global, maka Embraer tampil gemilang di segmen regional dan militer.
Pabrikan asal Brasil ini mencatat kemajuan besar lewat kontrak dengan:
- SkyWest Airlines (Amerika Serikat), yang memesan 60 E175 dengan opsi 50 tambahan—deal senilai lebih dari US$3,6 miliar.
- Airlink dari Afrika Selatan yang menyewa 10 E195-E2 dari Azorra.
- ANA (All Nippon Airways), yang memesan 15 E190-E2, menjadikannya pelanggan pertama E-Jet generasi kedua di Jepang.
Dari sektor pertahanan, Lithuania memesan 3 KC-390 Millennium, menunjukkan daya saing Embraer di luar pasar sipil.
Total pesanan Embraer mencapai 18 pesawat dari 5 klien, dengan nilai mendekati US$1 miliar.
Boeing: Menepi Sementara, Fokus Pemulihan
Sementara dua rivalnya tampil gencar, Boeing memilih jalur sunyi. Perusahaan penerbangan asal Amerika Serikat itu tidak mengumumkan kesepakatan besar secara terbuka di pameran, lantaran masih dalam sorotan usai kecelakaan Dreamliner.
Meski demikian, bukan berarti Boeing pulang dengan tangan kosong. Sejumlah kesepakatan tetap tercapai, termasuk:
CDB Aviation memesan 42 737 MAX 8, 10 MAX 10, dan 8 Boeing 787-9.
GECAS, AerCap, dan BOC Aviation masing-masing memesan puluhan MAX dan 787.
Maskapai seperti SpiceJet, Lion Air, Qatar Airways, dan Norwegian juga tercatat dalam daftar pesanan, meski sebagian besar masih berupa MoU (nota kesepahaman).
Langkah hati-hati Boeing ini menunjukkan fokus perusahaan pada reputasi dan keselamatan, meski harus melewatkan momentum besar dari sisi komersial.
Tren: Narrowbody Menguasai Langit, Regional Kian Strategis
Paris Air Show 2025 menunjukkan tren yang semakin jelas: pesawat narrowbody dan regional jets menjadi bintang utama. Maskapai global memilih efisiensi dan fleksibilitas, terutama untuk rute menengah dan pendek.
Di sisi lain, pasar pesawat kargo juga meningkat, terlihat dari pesanan A350F oleh AviLease dan MNG Airlines.
Sementara itu, permintaan terhadap pesawat berbadan lebar (widebody) tetap stabil, meski tidak sebanyak sebelumnya. Airbus masih unggul di sini lewat A350 series, sementara Boeing 787 tetap diminati meski dalam kondisi penuh kehati-hatian.
Paris Air Show 2025 bukan hanya ajang jual-beli pesawat, tetapi juga cermin dari peta kekuatan industri penerbangan global. Airbus tampil dominan, Embraer menancapkan kuku di segmen regional, dan Boeing memilih diam untuk fokus pada pemulihan kepercayaan.