Ilustrasi Ryanair

AVIATREN.com – Maskapai penerbangan asal Irlandia, Ryan Air tidak jadi memesan pesawat B737 MAX 10 dari Boeing, setelah proses negosiasi harga antar kedua pihak berlangsung alot selama 10 bulan terakhir.

“Kami kecewa tidak dapat mencapai kesepakatan dengan Boeing terkait pesanan 737 MAX 10,” ujar CEO Ryan Air, Michael O’Leary dalam sebuah pernyataan.

Menurut Michael, Boeing dan Ryan Air sejatinya memiliki pandangan berbeda tentang harga sebuah pesawat, terutama di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Sebab, pesawat 737 MAX 10 yang tadinya ingin dipesan Ryan Air dikabarkan dipatok dengan harga yang cukup tinggi.

“Kami melihat bahwa kami saat ini sedang berada di suasana krisis akibat pandemi. Di sisi lain, Boeing menganggap seakan krisis tersebut berakhir dan penetapan harga 737 MAX 10 kemarin menjadi cerminannya,” tutur Michael.

Ia tidak menyebutkan berapa harga yang dipasang Boeing untuk 737 MAX 10. Namun, ia memberikan ilustrasi bahwa beberapa pelanggan terbesar Boeing, seperti Delta dan Jet2, malah beralih ke Airbus karena harga pesawat Boeing terlalu mahal.

Memilih untuk menunggu

CEO Ryan Air, Michael O'Leary
CEO Ryan Air, Michael O’Leary

Michael menjelaskan bahwa ia tidak bisa mengikuti maskapai penerbangan lainnya dan berpindah ke Airbus begitu saja. Hal itu bisa saja diwujudkan, namun kemungkinannya kecil.

Pasalnya, produsen pesawat asal Eropa tersebut juga saat ini, menurut Michael, belum memiliki produk pesawat short-haul, seperti seri A320, dengan harga yang kompetitif.

“Selalu ada prospek bahwa Airbus bisa saja menjadi pemasok terbesar kami. Tetapi, kemungkinan lebih besar akan jatuh pada produsen pesawat asal China, Comac, untuk pemasok Ryan Air dalam jangka waktu menengah,” kata Ryan.

Untuk saat ini, Michael mengatakan pihaknya lebih baik menunggu, setidaknya hingga Boeing menurunkan harga pesawatnya ke level yang lebih masuk akal.

“Kami tidak akan membuang waktu negosiasi selama 2, 4, 6, 8, hingga 10 tahun sampai kami tiba di krisis berikutnya. Kami selalu memiliki disiplin untuk menunggu siklus pasar,” tutur Michael.

Saat ini, Ryan Air sendiri merupakan salah satu pelanggan Boeing terbesar.

Pada periode 2021-2025, maskapai penerbangan tersebut bahkan akan menerima 200 unit pesanan 737 MAX 8 dari Boeing, menambah total armada pesawat yang dimilikinya menjadi 600 unit.

Tanpa pesanan 737 MAX 10, Michael tetap optimis bahwa maskapai penerbangannya akan tetap tumbuh dalam lima tahun ke depan.

Ia juga percaya bahwa Ryan Air dapat kembali melayani penerbangan ke seluruh wilayah Eropa dan berbagai penjuru dunia dengan jumlah armada yang cukup, apabila pandemi Covid-19 telah berangsur pulih.

Content Writer

View all posts