Persaingan Maskapai Regional setelah FlyJaya Hadir

AVIATREN.com – Maskapai baru FlyJaya resmi mengudara pada 3 Juli 2025, membuka rute perdana Jakarta Halim – Yogyakarta Adisutjipto dengan pesawat turboprop ATR 72-500.

Kehadiran FlyJaya bukan sekadar peluncuran maskapai baru, tetapi juga sinyal awal perubahan peta persaingan penerbangan regional di Indonesia, khususnya pada segmen pesawat baling-baling (propeller) yang efisien untuk rute pendek dan menengah.

ATR 72 selama ini menjadi andalan maskapai untuk menjangkau kota-kota sekunder dan bandara kecil yang tidak mampu melayani pesawat jet. Namun dengan makin tingginya kebutuhan konektivitas antar daerah, terutama di wilayah timur Indonesia dan kawasan urban sekunder di Jawa, kompetisi di segmen ini pun mulai memanas.

Pemain Baru dengan Ambisi Besar

FlyJaya hadir sebagai low-cost carrier (LCC) dengan konsep konektivitas langsung antarkota sekunder. Dengan dua unit ATR 72-500 yang saat ini melayani Halim – Yogyakarta, maskapai ini dikabarkan tengah bersiap membuka rute-rute ke Bandung, Balikpapan, dan kota lain yang selama ini belum terlayani maskapai baling-baling secara optimal.

Meski tergolong baru, FlyJaya menempatkan dirinya di posisi unik: mengisi celah di rute-rute padat namun kurang kompetitif, dengan frekuensi fleksibel dan biaya operasional rendah.

ATR 72 yang digunakan mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek, membuatnya ideal untuk bandara-bandara seperti Halim, Adisutjipto, atau Husein Sastranegara.

Dominasi Wings Air

Namun jalan FlyJaya tidak akan mudah. Sebab, dominasi segmen ini selama bertahun-tahun dipegang oleh Wings Air, anak usaha Lion Air Group, dengan lebih dari 75 unit ATR 72-500 dan 600. Wings Air melayani ratusan rute ke kota-kota kecil dan menengah di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.

Dengan dukungan ekosistem Lion Air Group, Wings Air memiliki keunggulan logistik, skala armada, dan jaringan rute feeder yang sangat kuat. Maskapai ini juga rutin menjadi satu-satunya pilihan penerbangan di beberapa daerah, menjadikannya penguasa segmen regional turboprop.

ATR72 Wings Air

Namun, skala besar ini juga membawa tantangan. Wings Air kerap dikritik atas keterlambatan dan kualitas layanan, yang bisa menjadi peluang masuk bagi FlyJaya dan pemain baru lain yang mengutamakan efisiensi dan kenyamanan.

Selain dua nama besar tadi, ada beberapa operator lain yang turut meramaikan segmen ATR 72, meskipun dengan fokus berbeda.

Pelita Air, maskapai milik Pertamina, mengoperasikan ATR 72 dalam konfigurasi kargo (freighter). Unit ini digunakan untuk mendukung logistik antar kota, termasuk Jakarta, Balikpapan, dan Makassar. Segmen logistik udara yang tengah tumbuh pasca-pandemi menjadikan Pelita pemain penting di ranah bisnis-to-business (B2B).

Rimbun Air, pemain baru di kawasan Indonesia Timur, telah menerima ATR 72-600 untuk melayani daerah-daerah terpencil seperti Maluku dan Papua. Dengan infrastruktur bandara terbatas, kebutuhan akan pesawat sekelas ATR menjadi krusial di wilayah ini.

Travira Air beroperasi secara eksklusif di sektor charter, melayani industri pertambangan dan energi. Mereka memiliki dua ATR 72-600 yang melayani kebutuhan korporat ke wilayah seperti Matak dan Papua Barat.

Analisis Persaingan

Kehadiran FlyJaya menandai potensi kompetisi baru yang menjanjikan, terutama karena:

  1. Model bisnis point-to-point yang efisien untuk kota sekunder.
  2. Rute pendek berbasis ATR 72 belum tergarap optimal oleh maskapai LCC.
  3. Rendahnya frekuensi pesaing utama (Wings Air) di beberapa rute strategis, membuka celah pasar.

Namun tantangan juga besar. FlyJaya harus bersaing dengan:

  1. Skala dan jaringan Wings Air yang masif dan sudah teruji.
  2. Ketergantungan pada infrastruktur kecil yang belum tentu bisa menopang ekspansi cepat.
  3. Tantangan operasional pesawat turboprop, seperti kecepatan yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap cuaca.

Di sisi lain, Wings Air juga menghadapi tekanan untuk meningkatkan layanan jika tak ingin kehilangan ceruk pasar di tengah-tengah munculnya pesaing yang lebih gesit.

Indonesia Butuh Lebih Banyak FlyJaya

Dengan lebih dari 600 bandara aktif dan ribuan pulau, Indonesia merupakan salah satu pasar penerbangan regional terbesar di dunia. Namun selama ini, dominasi hanya ada di segelintir maskapai, membuat aksesibilitas udara belum merata.

FlyJaya datang membawa semangat baru: membuka rute pendek dengan harga terjangkau dan model operasi fleksibel. Bila dikelola dengan tepat, FlyJaya bukan hanya mampu mengganggu dominasi Wings Air, tetapi juga menjadi pemantik gelombang baru maskapai kecil yang menghidupkan kembali bandara-bandara tidur di Tanah Air.

Persaingan ATR 72 kini tak lagi soal siapa yang punya armada terbanyak, tapi siapa yang paling memahami pasar lokal dan kebutuhan konektivitas regional.