AVIATREN.com – Hubungan antara produsen pesawat Airbus dan maskapai Qatar Airways sedang tidak baik-baik saja.
Hal itu disebabkan oleh perselisihan antara kedua pihak selama beberapa bulan terakhir, yang melibatkan adanya kecacatan pada lapisan cat di sekitar 20 unit pesawat A350 milik Qatar Airways.
Menurut maskapai tersebut, lapisan cat A350 yang mudah mengelupas membuat komponen yang berada di bawahnya, salah satunya adalah lapisan pelindung petir, cepat mengalami penuaan dan karatan.
Qatar Airways pun menyebut bahwa ini merupakan masalah keamanan, yang berujung pada 20 unit pesawat A350 miliknya dilarang terbang oleh otoritas penerbangan domestik di negara asal maskapai tersebut.
Chief Executive Qatar Airways, Akbar Al Baker beberapa pekan lalu sempat mengatakan bahwa pihaknya belum tahu pasti apa akar dari masalah cat A350 ini.
“Kami tidak tahu apakah ini masalah kelaikan udara. Kami juga tidak tahu bahwa ini bukan masalah kelaikan udara,” jelas Al Baker, dikutip Aviatren dari Tempo.co, Senin (13/12/2021).
Diskusi antara Airbus dan Qatar Airways alot
Sebelumnya, Airbus dan Qatar Airways juga telah berdiskusi untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, diskusi tersebut tampaknya berjalan dengan cukup alot.
“Kami telah bekerja secara aktif dengan Qatar Airways untuk meminimalkan dampak degradasi permukaan dalam layanan ini pada pesawat mereka,” tutur Wakil Presiden Eksekutif Program & Layanan Airbus, Philippe Mhun dalam sebuah pernyataan.
Mhun menambahkan, pihak Airbus sendiri telah menawarkan solusi kepada Qatar Airways untuk penyelesaian masalah, mulai dari perbaikan bahan atau lapisan pelindung petir, hingga pengecatan ulang seluruh pesawat yang terdampak.
Namun, ia mengaku bahwa Qatar Airways menolak seluruh tawaran tersebut. Konon, alasan ditolaknya tawaran-tawaran perbaikan ini adalah karena Qatar Airways ingin mengetahui apa sebenarnya akar dari permasalahan kecacatan di lapisan cat A350.
Pesawat sudah aman?
Terkait protokol keamanan sendiri, Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) sebelumnya sempat mengatakan pihaknya tidak menemukan potensi masalah kelaikan udara dari kecacatan yang ada di lapisan cat A350.
Namun tetap saja, otoritas domestik masih melarang A350 Qatar Airways terbang dan maskapai tersebut masih belum mau menerima perbaikan dari pihak Airbus.
Menurut Airbus, perselisihan dengan Qatar Airways ini, apabila berlanjut, bakal mengancam masalah protokol keselamatan pada maskapai penerbangan lainnya yang memiliki A350.
“Tindakan pelanggan yang salah mengartikan topik khusus ini sebagai masalah kelaikan udara merupakan ancaman terhadap protokol internasional tentang masalah keselamatan,” kata Airbus.
Airbus sendiri mengatakan pihaknya sudah menemukan penyebabnya, namun mereka disebut memerlukan diagnosis lebih lanjut terkait masalah penuaan permukaan yang mudah mengelupas dan membuat lapisan anti petir cepat karatan.
Kembali lagi ke perselisihan tadi, Airbus juga mengatakan pihaknya saat ini bakal mengambil jalur hukum yang berada di bawah klausul kontrak yang memungkinkan langkah hukum via arbitrase.
Biasanya arbitrase dilakukan jauh dari pandangan publik, tetapi Airbus mengatakan pihaknya bertindak untuk “mempertahankan posisi dan reputasinya” sambil menyerukan “dialog yang konstruktif”.
Lima maskapai lain alami hal serupa
Terlepas dari jalur hukum, laporan Reuters mengklaim bahwa setidaknya ada lima maskapai lain yang mengalami masalah serupa pada pesawat A350, yaitu lapisan cat pesawat yang mengelupas, sejak 2016 lalu, termasuk Delta Air Lines.
Namun sejauh ini, hanya Qatar Airways yang dilarang menerbangkan pesawat A350 miliknya.
Terkait pernyataan Airbus tadi, juru bicara Qatar Airways sempat mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mengomentari pernyataan Airbus tadi sebelum meninjaunya lebih lanjut.
Menurut sumber industri, Qatar Airways sendiri tidak memiliki niatan untuk mundur dari perselisihan dengan Airbus ini.
Sebab, masalah dan perselisihan ini mempertaruhkan nama baik maskapai tersebut, apalagi terjadi satu tahun sebelum Piala Dunia 2022 digelar, di mana Qatar akan menjadi tuan rumahnya.
Bahkan, Qatar disinyalir telah mencoret nama Airbus dari rencana peremajaan sekitar 35 pesawat freighter baru, bisa jadi karena mereka tidak suka dengan produsen pesawat tersebut.