Garuda Indonesia-Sriwijaya Air

AVIATREN.com – Sriwijaya Air Group masih menunggak hutang kepada Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia sebesar Rp 800 miliar. GMF sendiri merupakan perusahaan penyedia layanan perawatan pesawat yang merupakan anak usaha dari Garuda Indonesia.

Direktur Operasi Sriwijaya Air, Fadjar Semiarto, seperti yang dikutip AVIATREN dari Kompas.com, mengatakan bahwa karena tak mampu membayar utang tersebut, GMF sejak 25 September tak mau lagi memberikan jasa perawatan kepada armada Sriwijaya.

Namun pada Selasa (1/10/2019) lalu, Sriwijya Air Group dan Garuda Indonesia Group melalui anak usahanya, Citilink kembali melanjutkan Kerja Sama Operasional (KSO).

“Out standing tunggakannya besar walaupun sudah dicicil. Jumlahnya hampir Rp 800 miliar,” ujar Fadjar di Jakarta, Senin (30/9/2019).

Fadjar menjelaskan, armada milik Sriwijaya Air kini dirawat oleh para teknisinya sendiri karena sudah tidak dilayani GMF.

Jumlah teknisinya pun terbatas, Fadjar menyebut jumlah teknisi di Sriwijaya Air hanya 50 orang. Keterbatasan itu berakibat pada kondisi Hazard, Identification, and Risk Assessment (HIRA) berada di level 4A, di mana tingkat paling parah adalah 5A.

Sebab itu pihaknya mengajukan surat rekomendasi untuk menghentikan sementara operasional Sriwijaya Air Group hingga kondisi sudah kembali memungkinkan, terutama kondisi finansial perusahaan.

Rekomendasi dari Fadjar dan Direktur Teknik Sriwijaya, Air Ramdani Ardali Adang, tersebut tak diindahkan oleh pihak manajemen. Atas dasar itu, keduanya memutuskan untuk mengundurkan diri.