GMF AeroAsia

AVIATREN.com – Anak usaha Garuda Indonesia, PT GMF AeroAsia pada 2019 lalu mencatatkan kerugian hingga 3,18 juta dollar AS, atau setara Rp 51,93 miliar.

Pencapaian 2019 itu bertolak belakang dari pencapaian pada 2018 lalu, di mana GMF AeroAsia mencatat laba bersih 11,12 juta dollar AS.

Meski secara keseluruhan merugi, namun pendapatan GMF AeroAsia pada 2019 lalu mengalami kenaikan 10,52 persen dari tahun ke tahun.

Pendapatan GMF AeroAsia pada akhir 2019 adalah sebesar 519,48 juta dollar AS atau setara Rp 8,46 triliun. Sedangkan pendapatan GMF AeroAsia pada akhir 2018 lalu adalah 470,01 juta dollar AS.

Dikutip AVIATREN dari CNBC Indonesia, Selasa (7/4/2020), pendapatan GMF AeroAsia kebanyakan berasal dari jasa reparasi dan overhaul pesawat, yang menyumbang 417 juta dollar AS. 

Sedangkan pendapatan dari perawatan pesawat menyumbang senilai US$ 88,46 juta dan operasi lainnya menyumbang US$ 13,81 juta.

Penyumbang pendapatan terbesar atau lebih dari 10 persen masih didominasi oleh pesawat dari sister company-nya, yakni Garuda dan Citilink Indonesia, kemudian dari maskapai Sriwijaya.

Sayangnya, tahun lalu beban usaha perusahaan hampir seluruhnya mengalami peningkatan. Mulai dari beban pegawai, beban material, beban subkontrak dan beban penyusutan.

“Peningkatan beban material salah satunya disebabkan oleh melonjaknya biaya pembelian suku cadang expanable, suku cadang repairable dan bahan bakar,” tulis GMF AeroAsia dalam laporan kinerja keuangannya, Senin (6/4).