Pilot tersebut dianggap telah menyesatkan pihak regulator penerbangan AS, alias FAA, selama proses sertifikasi B737 MAX berlangsung.
Boeing 737 MAX

AVIATREN.com – Pengadilan federal Amerika Serikat (AS) resmi mendakwa mantan pilot penguji (test pilot) Boeing 737 MAX, Mark Forkner, terkait dua kecelakaan yang melibatkan pesawat tersebut pada 2018 dan 2019 lalu.

Menurut juru pengadilan, Forkner dianggap telah menyesatkan pihak regulator penerbangan, alias Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS selama proses sertifikasi 737 MAX berlangsung.

“Forkner memberi agensi informasi yang salah, tidak akurat, dan tidak lengkap tentang bagian baru dari kontrol penerbangan untuk sistem penanganan penerbangan Boeing 737 MAX,” kata pihak pengadilan federal AS dalam sebuah pernyataan.

Informasi yang tidak lengkap, yang disebut pengadilan tak dibagikan Forkner kepada FAA, adalah terkait kejanggalan pada Sistem Penanganan Penerbangan Manuver (MCAS) yang konon telah diketahui Forkner sejak 2016 lalu, setahun sebelum 747 MAX disertifikasi.

Sayangnya ia diduga tidak membuat penundaan sertifikasi dan sengaja memilih tidak membagikan detailnya ke FAA.

Akibatnya, FAA tidak memasukkan referensi ke MCAS dalam pelatihan manual untuk pilot. Fakta ini sendiri baru diketahui di 2019, setelah ia mengirimkan pesan ke seorang rekan terkait sulitnya MCAS membuat pesawat terbang di simulator.

“Forkner diduga (berbohong) dan menyembunyikan informasi penting dari regulator,” kata seorang jaksa federal.

“Departemen Kehakiman tidak akan mentolerir penipuan, terutama di industri di mana taruhannya sangat tinggi,” imbuh dia.

Diketahui, malfungsi pada MCAS sendiri sempat menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan pesawat 737 MAX pada 2018 dan 2019 lalu. Seharusnya, sistem tersebut bisa mencegah pesawat untuk tidak menukik ke bawah, sehingga tidak jatuh ke daratan dengan cepat.

Saat ini, proses pengadilan sendiri masih berlanjut dan jika terbukti bersalah, Forkner akan menerima hukuman hingga 100 tahun penjara.

Boeing 737 MAX di-grounded

Sekadar informasi, Boeing 737 MAX resmi mendapatkan sertifikasi izin operasi dari FAA pada Maret 2017 lalu.

Beberapa bulan kemudian, sejumpah maskapai penerbangan, seperti Malindo Air dan Norwegian Air International, resmi membuka penerbangan dengan pesawat tersebut.

Namun pada Oktober 2018, pesawat 737 MAX milik Lion Air jatuh ke laut, tak lama setelah lepas landas dan menewaskan 189 orang.

Belum genap satu tahun, 737 MAX milik Ethiopian Airlines juga jatuh lada Maret 2019 lalu dan menewaskan 157 orang.

Dua kecelakaan ini membuat 737 MAX sempat dilarang terbang (grounded) di seluruh dunia selama 20 bulan. Pesawat itu baru bisa mengudara lagi akhir 2020, setelah MCAS dimodifikasi.

Content Writer

View all posts