Thai Airways

AVIATREN.com – Maskapai Thai Airways bakal menjual sekitar 42 pesawatnya dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 6.800 karyawannya. 

Hal ini dilakukan sebagai upaya restrukturisasi utang maskapai asal Thailand tersebut, pasca mereka dilanda kesulitan bisnis sejak 2012 lalu, diperparah dengan pandemi Covid-19. 

Kepala upaya restrukturisasi utang Thai Airways, Piyasvasti Amranand mengatakan bahwa pesawat yang bakal dijual adalah pesawat yang sudah berumur dan tidak ramah lingkungan.

Sementara itu, 16 unit pesawat lainnya yang dipinjam akan dikembalikan ke perusahaan lessornya. Setelah dijual dan dikembalikan, jumlah armada pesawat Thai Airways nantinya bakal berjumlah 58 pesawat yang terdiri dari empat model.

Adapun pengurangan karyawan Thai Airways dari 21.300 orang ke 14.500 orang akan dilakukan secara bertahap hingga Desember 2022 mendatang.

Alami kesulitan bisnis sejak 2012

Seperti diketahui, Thai Airways dilanda kesulitan bisnis sejak 2012 lalu, di mana nyaris setiap tahun maskapai tersebut mengalami kerugian.

Meski demikian, pada enam bulan pertama di 2021, Thai Airways mencatatkan keuntungan 11,1 miliar baht atau sekitar Rp 4,7 triliun.

Angka tersebut meningkat drastis dari periode yang sama tahun lalu, di mana maskapai ini mencatat kerugian, yang telah dipotong pengeluaran operasional, mencapai 28 miliar baht atau sekitar Rp 12 triliun.

Untuk membantu kas perusahaan ke depannya, maskapai tersebut berencana untuk membuat perjanjian utang dengan sejumlah lembaga finansial hingga tahun depan sebanyak 25 miliar baht atau sekitar Rp 10,7 triliun.

Thai Airways juga berencana untuk meminta dana kepada pemerintah dengan jumlah yang sama di tahun 2022 mendatang.

Untuk operasional sendiri, maskapai ini juga berencana membuka rute penerbangan internasional ke banyak daerah, terutama ke beberapa negara di Eropa dalam beberapa bulan ke depan, seiring dengan pemulihan pasar.

Content Writer

View all posts