Naik-Turun Pesawat Maskapai LCC Mengapa Tak Pakai Garbarata?

Pengelola bandara biasanya membebankan biaya penggunaan sejumlah fasilitas yang ada di bandara, kepada maskapai yang memakainya.
Ilustrasi penumpang maskapai LCC menggunakan tangga.

AVIATREN.com – Jembatan yang berfungsi untuk menghubungkan ruang tunggu bandara dengan pesawat, atau biasa disebut dengan garbarata (aerobridge/jetway) adalah suatu inovasi di industri penerbangan yang diperkenalkan sejak 1950-an.

Dengan garbarata, penumpang bisa yang berada di terminal bisa naik ke pesawat dengan cepat, dan sebaliknya.

Selain itu, proses transit pesawat juga bisa dibuat lebih cepat tanpa harus mengandalkan infrastruktur bandara lainnya, seperti bus, dan lain sebagainya.

Meski bisa mempermudah penumpang dan maskapai, tak sedikit maskapai penerbangan murah (LCC) yang tak menggunakan gerbarata, meski sudah tersedia di gerbang kedatangan atau keberangkatan pesawat tersebut.

Hal ini tentunya dilakukan sebagai bentuk penghematan operasional pesawat.

Bandara bebankan biaya garbarata

Ilustrasi penumpang naik pesawat tanpa gerbarata.

Diketahui, pengelola bandara biasanya membebankan biaya penggunaan sejumlah fasilitas yang ada di bandara tersebut kepada maskapai yang memakainya.

Salah satu yang paling umum adalah biaya parkir serta lepas landas atau mendarat di bandara tersebut, termasuk juga biaya penggunaan garbarata bagi pesawat yang ingin memakainya.

Tiap bandara sendiri biasanya mematok harga penggunaan garbarata.

Bandara London Gatwick, misalnya, membebankan biaya “keberangkatan penumpang” kepada suatu maskapai yang menggunakan garbarata senilai 14,95 euro (sekitar Rp 238.000) per penumpang.

Besaran biaya tersebut bisa dikurangi 3,48 euro (sekitar Rp 55.000) apabila maskapai terkait menggunakan tangga portabel atau biasa disebut remote stand.

Di samping biaya penggunaan garbarata, bandara juga bakal mengenakan biaya parkir tiga kali lipat apabila suatu pesawat parkir di bandara menggunakan garbarata.

Untuk Bandara London Gatwick, besarannya mulai dari 10,68 euro (sekitar Rp 170.000) per lima menit, tergantung besarnya armada maskapai tersebut.

Pesawat mengandalkan remote stand dan bis, supaya penumpang bisa turun ke bandara.

Selain biaya garbarata, maskapai juga harus membayar kru bandara yang membantu memasang garbarata dan berada di area jembatan pesawat tersebut untuk kepentingan teknis.

Kemudian, gerbang penerbangan yang mendukung penggunaan garbarata biasanya juga sudah ditentukan oleh bandara terkait, sehingga harganya mungkin bakal berbeda dengan gerbang penerbangan pada umumnya.

Nah, banyaknya biaya yang dibebankan untuk penggunaan garbarata ini merupakan sebagai ilustrasi yang mungkin bisa menjelaskan mengapa LCC tidak memakai jembatan yang memudahkan penumpang tersebut.

Pasalnya, biaya operasional LCC memang biasanya ditekan seramping mungkin, lantaran ada kewajiban lainnya yang bisa saja memang sudah memakan biaya, seperti bahan bakar pesawat (avtur), hingga biaya parkir, lepas landas, dan mendarat di bandara tadi.

Advertisement