AVIATREN.com – Direktur Utama PT Angkasa Pura I (AP I), Faik Fahmi buka suara terkait pernyataan Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo soal utang AP I yang mencapai Rp 35 triliun.
Menurut Fahmi, utang AP I sebenarnya tidak sampai menyentuh angka tersebut, melainkan “hanya” Rp 32 triliun.
Ia kemudian membeberkan, dari puluhan triliun rupiah tersebut, porsi terbesar adalah utang kepada kreditur dan investor sebesar Rp 28 triliun, sedangkan sisanya, sekitar Rp 4,7 triliun, merupakan kewajiban yang harus dibayarkan kepada karyawan dan mitra AP I.
“Perlu kami sampaikan di sini adalah sebenarnya kondisi AP I itu tidak seburuk dari yang diberitakan media selama ini. Sehingga total kewajiban kita sekitar Rp3,27 triliun,” ujar Fahmi, dikutip Aviatren dari Merdeka.com, Rabu (8/12/2021).
Fahmi mengatakan pembengkakan utang AP I terjadi karena sebelum pandemi Covid-19, pihaknya melakukan pembangunan 10 bandara untuk menyelesaikan persoalan jumlah kapasitas penumpang yang terjadi sejak 2017 lalu.
Kala itu, kapasitas bandara yang dikelola AP I sebenarnya hanya mampu menampung 71 juta penumpang per tahun, namun faktanya ternyata ada 90 juta penumpang tertahun, dan angka tersebut meningkat di tahun 2018.
Namun, pandemi Covid-19 menerjang dan ekspektasi AP I tampaknya tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab, karena efek dari pandemi, pembatasan berlaku di sejumlah wilayah dan pergerakan penumpang dibatasi, sehingga bandara pun menjadi sepi dan merugi.
“Jadi bisa dibayangkan dengan realisasi penumpang tinggi dari kapasitas dan muncul persoalan pelayanan,” imbuh Fahmia.
Hal ini, lanjut Fahmi, diperparah karena AP I sendiri sejatinya tidak ingin menggunakan dana pemerintah atau melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk pembangunan 10 bandara tadi.
Artinya, uang pembangunan murni berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.
“Jadi ini yang terhadap pengembangan kita tidak sama sekali dengan pemerintah tapi melalui obligasi,” jelas Fahmi.
Upaya restrukturisasi
Untuk tetap bertahan di masa sulit ini, Fahmi sebelumnya sempat mengatakan pihaknya telah menyiapkan program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan, yang rencananya bakal rampung pada Januari 2022 mendatang.
“Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19. Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi dengan merestrukturisasi operasional dan finansial,†tutur Fahmi.
Selanjutnya, pihak AP I juga akan melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional, seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi, serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru.
Kemudian, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, AP I juga akan melakukan transformasi bisnis usaha dengan menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, dan Bandara Lombok Praya.
Selain itu, AP I juga bakal menunda pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali, dan mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta eks Bandara Selaparang Lombok.
Dengan program-program restrukturisasi ini, Fahmi yakin AP I bisa memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan, terutama kemampuan untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya, dan upaya fund raising.
Rencananya, total target hasil restrukturisasi diklaim Fahmi akan menambah tambahan dana sebesar Rp 3,8 triliun, menghasilkan efisiensi biaya sebesar Rp 704 miliar, dan memperoleh fund raising sebesar Rp 3,5 triliun.
“Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap,†jelas Fahmi.
“Dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif,†pungkas Fahmi.