AVIATREN.com – Tak hanya maskapai penerbangan, pengelola bandar udara (bandara) juga ikut terdampak pandemi Covid-19, salah satunya adalah PT Angkasa Pura I (AP I) yang merupakan perseroan milik negara (BUMN).
Hal itu disampaikan Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo dalam sebuah pernyataan baru-baru ini. Menurut dia, utang AP I saat ini sudah menggunung dan bahkan menyentuh angka Rp 35 triliun, dengan kerugian rata-rata per bulan (rate loss) mencapai Rp 200 miliar.
Kartika mengatakan, utang AP I ini membengkak karena sejumlah bandara yang dikelola perseroan tersebut, seperti Bandara YIA Kulon Progo, memang sepi penumpang selama masa pandemi.
Hal ini juga dibenarkan oleh Direktur Utama AP I, Faik Fahmi. Menurut dia, pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan drastis trafik penumpang pada 15 bandara yang dikelola AP I.
Pada tahun 2021 ini, misalnya, jumlah penumpang di bandara AP I diprediksi hanya akan mentok di angka 25 juta penumpang.
Padahal, jumlah penumpang pada 2019 dan 2020 lebih besar dari angka tersebut, yang masing-masing tercatat di angka 81,5 dan 32,7 juta penumpang.
Meski demikian, Fahmi masih optimis bahwa jumlah penumpang di bandara AP I akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan.
“Hal yang menggembirakan adalah adanya kenaikan trafik penumpang di akhir-akhir ini hingga mencapai 129.000 pada 28 November lalu dari rata-rata trafik sebelumnya yang hanya hanya sekitar 55.000 – 60.000 per hari. Hal ini yang membuat optimisme kami terjaga,” ujar Fahmi dalam sebuah pernyataan, dikutip Aviatren dari AntaraNews, Selasa (7/12/2021).
Upaya restrukturisasi
Untuk tetap bertahan di masa sulit ini, Fahmi mengatakan pihaknya telah menyiapkan program restrukturisasi operasional dan finansial perusahaan, yang rencananya bakal rampung pada Januari 2022 mendatang.
“Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19. Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi dengan merestrukturisasi operasional dan finansial,” tutur Fahmi.
Selanjutnya, pihak AP I juga akan melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional, seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi, serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru.
Kemudian, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, AP I juga akan melakukan transformasi bisnis usaha dengan menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, dan Bandara Lombok Praya.
Selain itu, AP I juga bakal menunda pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali, dan mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta eks Bandara Selaparang Lombok.
Dengan program-program restrukturisasi ini, Fahmi yakin AP I bisa memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan, terutama kemampuan untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya, dan upaya fund raising.
Rencananya, total target hasil restrukturisasi diklaim Fahmi akan menambah tambahan dana sebesar Rp 3,8 triliun, menghasilkan efisiensi biaya sebesar Rp 704 miliar, dan memperoleh fund raising sebesar Rp 3,5 triliun.
“Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap,” jelas Fahmi.
“Dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif,” pungkas Fahmi.