Sriwijaya Air dan NAM Air

AVIATREN.com – Maskapai Sriwijaya Air berpotensi bakal menghentikan operasinya. Hal ini disimpulkan dari sejumlah parameter yang dikumpulkan Aviatren.

Pertama, komplain pelanggan dan calon penumpang Sriwijaya Air lewat Twitter, yang banyak mengeluhkan pembatalan penerbangan sepihak dari Sriwijaya Air pada Rabu (25/9/2019) malam.

Nomor telepon Call Center milik Sriwijaya Air menurut mereka juga susah dihubungi.

Baca Juga: Kementerian Perhubungan Tanggapi Isu Sriwijaya Air Setop Operasi

Kedua, penghentian dukungan dari Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia) selaku bengkel pesawat, yang juga telah melayangkan surat untuk menarik 5 mesin pesawat CFM yang disewa Sriwijaya Air.

Ketiga, sumber dalam mengatakan bahwa sudah ada pertemuan antara pihak Sriwijaya Air dan DKUPPU pada Rabu (26/9/2019) malam, yang membahas situasi Sriwijaya Air, yang di antaranya menyebut adanya potensi stop operasi.

Indikasi lain stop operasi Sriwijaya Air juga disebut bakal menutup reservasinya untuk keberangkatan (DOT) 27 September hingga batas yang belum ditentukan.

Keempat, bocoran surat Gapura Angkasa untuk menghentikan dukungan ground handling untuk Sriwijaya Air.

Dalam surat bernomor GAPURA/DZ/2122/SEP/2019 tertanggal 25 September itu, Sriwijaya Air disebut masih memiliki tunggakan sekitar Rp 43 miliar.

Pihak Sriwijaya Air diberi waktu hingga Senin (30/9/2019) untuk melakukan pembayaran. Jika tidak, Gapura Angkasa akan menghentikan dukungan ground handling di semua bandara tempat Sriwijaya Air beroperasi.

Dengan tidak adanya dukungan teknis dari bengkel perawatan pesawat, beserta ground handling, maka bakal sulit bagi Sriwijaya Air untuk melanjutkan operasinya.

Sebelumnya, pihak Garuda Indonesia juga telah mencopot logo member of Garuda Indonesia Group di bodi pesawat Sriwijaya Air.

Baca juga: Tak Kunjung Bayar Sewa, 5 Mesin Pesawat Sriwijaya Dicopot GMF?

Hal itu menurut Garuda Indonesia untuk memastikan logo maskapainya sesuai dan menjadi representasi tingkat keselamatan dan layanan yang dihadirkan dalam penerbangan.

Belakangan, perkembangan atas situasi yang terjadi tidak sesuai dengan komitmen KSM antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group.

Kita tentu saja berharap yang terbaik, mengingat Sriwijaya Air memiliki banyak karyawan di belakangnya.