Ilustrasi Aeroflot

AVIATREN.com – Boeing menghadapi permasalahan yang rumit mengenai nasib 787 Dreamliner setelah maskapai Rusia, Aeroflot membatalkan pesananya untuk 22 buah pesawat senilai 5,5 miliar dollar AS (Rp77 triliun).

Dikutip AVIATREN dari Reuters, Pembatalan ini pertama kali diungkapkan oleh Seattle Times dan bersumber dari daftar pesanan bulanan Boeing. Keputusan tersebut diambil setelah maskapai mengungkapkan bahwa mereka tidak membutuhkan pesawat itu pada 2015 silam.

Hal ini menjadi evaluasi untuk produksi 787 Dreamliner, setelah pabrikan pesawat terbesar di dunia itu meningkatkan produksi B787 menjadi 14 pesawat per bulan.

Terkecuali untuk pesanan baru, Boeing menghadapi berbagai kemungkinan mengenai pengurangan jumlah produksi pada tahun 2020. Sumber industri mengatakan, permasalahan lainnya muncul karena larangan terbang 737 MAX yang memasuki bulan ke delapan.

Saat ini Boeing memiliki lusinan 787 yang tidak terjual atau bahkan berpotensi kosong pada daftar produksi pada tahun 2020.

Boeing juga menduga jumlah daftar produksi yang tidak terisi bergantung pada penilaian mengenai kemampuan maskapai dalam menerima pengiriman.

Hingga saat ini, Boeing menolak berkomentar mengenai pembatalan pesawat tersebut.

Di sisi lain, pesanan pesawat kecil mendominasi sebagian besar maskapai. Permintaan pesawat jarak jauh yang lebih besar seperti 787, Airbus A330, dan A350 mulai menurun.

Boeing tetap di bawah tekanan untuk mengurangi overhang biaya produksi dengan memproduksi 787 lebih banyak.