AVIATREN.com – Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengaku maskapainya merugi karena mengoperasikan pesawat Bombardier CRJ1000 NG.

Menurut Irfan, kerugian Garuda Indonesia karena mengoperasikan CRJ1000 dalam setahun bisa mencapai ratusan miliar rupiah.

“Selama tujuh tahun mengoperasikan (CRJ1000), tiap tahun secara rata-rata kita mengalami kerugian penggunaan pesawat CRJ1000 ini lebih dari 30 juta dollar AS (sekitar Rp 420 miliar kurs Rp 14.000) per tahun,” ujar Irfan dikutip AVIATREN dari Kompas.com.

“Sementara sewa pesawatnya sendiri di angka 27 juta dollar AS,” ungkap Irfan, Rabu (10/2/2021).

Selain itu, pesawat CRJ1000 ini juga disebut Irfan tak cocok dengan market Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya terus mengalami kerugian selama pengoperasian pesawat tersebut.

Karena itu, Garuda Indonesia memutuskan akan mengembalikan 12 pesawat jenis Bombardier CRJ 1000 kepada pihak leasing, yakni Nordict Aviation Capital (NAC).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, keputusan ini diambil setelah melihat adanya dugaan tindak pidana dalam pengadaan pesawat jenis tersebut pada 2011 lalu.

Diduga pihak pabrikan memberikan suap kepada pimpinan Garuda Indonesia di masa itu dalam rangka pengadaan pesawat.

Manajemen Garuda Indonesia juga tengah melakukan negoisasi terkait early payment sattlement contract financial enam pesawat jenis Bombardier CRJ 1000 dari Export Development Canada (EDC) yang jatuh tempo pada 2024 mendatang.