Penjualan bisnis kereta ini akan membantu melunasi beban utang jangka panjang Bombardier yang konon mencapai 10,1 miliar dolar AS (sekitar Rp 143 triliun)
Lini pesawat jet buatan Bombardier

AVIATREN.com – Bombardier akhirnya resmi menjadi perusahan pesawat jet murni, pasca perusahaan asal Montreal, Kanada, tersebut menjual bisnis keretanya ke perusahaan pembangkit listrik dan transportasi rel dan kapal asal Perancis, Alstom. 

Akuisisi bisnis kereta Bombardier tersebut mencapai nilai 3,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 51,3 triliun. 

Menurut Bombardier, angka tersebut sedikit mengalami penurunan dibanding perkiraan sebelumnya 4 miliar dolar AS (sekitar Rp 57 triliun)  karena kondisi pasar yang disebut “tidak menguntungkan”.

Penurunan nilai transaksi ini juga disebabkan oleh pendapatan bisnis transportasi Bombardier pada kuartal keempat 2020 yang lebih rendah dari ekspektasi perusahaan.

“Dengan rampungnya transaksi ini, Bombardier memulai lembaran baru untuk fokus pada bisnis perancangan, pembuatan, dan layanan perbaikan pesawat jet eksklusif terbaik dunia,” kata Chief Executive Bombardier, Eric Martel.

Penjualan bisnis kereta ini sendiri menghasilkan total pendapatan 6 miliar dolar AS bagi Bombardier (sekitar Rp 85,5 triliun), turun dari angka yang disepakati sebelumnya sebesar 6,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 88 triliun).  

Dari total 6 miliar dolar AS tadi, sebanyak 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 35 triliun) akan masuk ke kantong perusahaan ekuitas dan perencanaan pensiun serta asuransi asal Kanada, Caisse de depot et placement du Quebec, yang memiliki sebagian saham Bombardier. 

Sisanya, yaitu sekitar 3,6 miliar (sekitar Rp 51,3 triliun), akan jatuh kepada Bombardier. Dari angka tersebut, sebanyak 600 juta dolar AS (sekitar Rp 8,5 triliun) akan dikonversikan ke saham Alstom. 

Nantinya, penjualan bisnis kereta ini akan membantu melunasi beban utang jangka panjang Bombardier yang konon mencapai 10,1 miliar dolar AS (sekitar Rp 143 triliun).

Ambisi Bombardier jadi perusahaan pesawat jet

Sebagai informasi, Bombardier bisa dibilang cukup ambisius untuk menjadikan mereka sebagai perusahaan pesawat jet sepenuhnya.

Beberapa tahun lalu, Bombardier sempat meluncurkan program untuk menyelesaikan pengembangan pesawat terbang regional mereka yang dijuluki CSeries. 

Produsen pesawat Airbus memperoleh kepemilikan mayoritas (50,01 persen) dari program tersebut pada 2018 lalu secara cuma-cuma dan mengganti nama CSeries menjadi A220. 

Awalnya, Bombardier sempat mempertahankan 34 persen dari program A220, tetapi, seiring berjalannya waktu, mereka melepaskan kepemilikannya ke Airbus dan pemerintah wilayah Quebec, Kanada.

Bombardier kemudian melakukan divestasi aset lain untuk memenuhi impiannya untuk menjadi perusahaan pesawat jet murni.  

Salah satunya adalah dengan menjual program turboprop Dash 8 ke Longview Aviation Capital pada Mei 2019 lalu dengan laba bersih 285 juta dolar AS atau sekitar Rp 4 triliun.

Kemudian pada Juni 2020 lalu, Bombardier juga menjual program pesawat jet regional CRJ ke Mitsubishi Heavy Industries seharga 550 juta dolar AS (sekitar Rp 7,8 triliun) secara tunai.

Beberapa bulan setelahnya, tepatnya pada Oktober 2020, Bombardier menjual bisnis aerostruktur-nya senilai 275 juta dolar AS (sekitar Rp 3,9 triliun) ke Spirit AeroSystems di seluruh wilayah operasionalnya, mencakup Irlandia Utara, Maroko, dan Amerika Serikat.

Content Writer

View all posts