Garuda Indonesia Tak Lagi Punya Armada B737 MAX

B737 MAX 8 Garuda Indonesia.

AVIATREN.com – Garuda Indonesia tak lagi mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX, sebab maskapai pelat merah itu diketahui telah mengembalikan pesawat dengan registrasi PK-GDA itu kepada lessor pada Selasa (19/7/2022) lalu.

PK-GDA terekam di aplikasi pencari dan pelacak penerbangan, Flightradar24 pada Selasa 19 Juli lalu terbang menuju bandara Al Ain, Uni Emirat Arab, dan melanjutkan perjalanan ke bandara Bergen op Zoom di Belanda pada 20 Juli 2022.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra membenarkan bahwa B737 MAX 8 Garuda Indonesia dipulangkan ke pihak lessor. Irfan kepada Investor Daily mengatakan bahwa pengembalian pesawat itu sesuai dengan negosiasi dengan lessor, dan bagian dari restrukturisasi.

“Memang bagian dari hasil negosiasi sama lessor,” kata Irfan dikutip AVIATREN dari Investor Daily, Kamis (21/7/2022).

Garuda Indonesia semula diketahui memesan 50 unit B737 Max pada 2019 lalu, namu baru satu unit saja yang dikirim pada 2018, yang kemudian dikandangkan karena adanya larangan terbang oleh Otoritas Penerbangan Sipil AS (FAA) di tahun yang sama.

Boeing 737 Max 8 pertama Garuda Indonesia registrasi PK-GDA didatangkan pertama kali pada akhir Desember 2017 dan mulai beroperasi melayani penerbangan komersial pada Januari 2018 yang kala itu dipakai untuk melayani rute Jakarta-Surabaya.

Pesawat tipe Boeing 737 Max 8 sempat dilarang terbang menyusul kecelakaan pesawat dengan tipe sama yang melanda Lion Air pada 2018 dan Ethiopian Airlines pada 2019. Namun, per Desember 2021, Boeing 737 Max 8 sudah diperbolehkan lagi mengudara di langit Indonesia.

Garuda Indonesia sendiri yang sedang dalam proses restrukturisasi, tak lagi mengoperasikan B737 MAX. Maskapai juga membatalkan pesanan pesawat dari Boeing dan Airbus untuk restrukturisasi utang perusahaan.

Adapun pesanan pesawat yang rencananya akan dibatalkan disinyalir merupakan 49 unit Boeing 737 MAX dan 12 unit Airbus A330.

Selain untuk memangkas utang, pembatalan pesanan ini juga dilakukan untuk menghindari utang Garuda di masa depan yang diperkirakan bakal bertambah 5,9 miliar dolar AS (sekitar Rp 84,8 triliun)