Ilustrasi menggambarkan B777 Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh oleh rudal separatis Ukraina.
Ilustrasi menggambarkan B777 Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh oleh rudal separatis Ukraina, 17 Juli 2014.

AVIATREN.com – Jumat, 17 Juli 2015 menjadi peringatan satu tahun tragedi malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di wilayah udara Ukraina.

Satu tahun setelah peristiwa itu terjadi, keluarga korban penumpang MH17 menuntut keadilan pemimpin pasukan separatis di wilayah timur Ukraina, Igor Girkin sebagai dalang penembakan pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines tersebut.

Sebuah surat dakwaan yang diterbitkan di Chicago, AS menyebut Girkin dengan restu Kremlin memerintahkan pasukannya menembak pesawat yang tengah menerbangi rute Amsterdam menuju Kuala Lumpur itu.

Dikutip Aviatren dari Kompas.com, kasus ini didaftarkan ke pengadilan atas nama keluarga 18 penumpang pesawat naas itu. Mereka mengklaim uang kompensasi sebesar 900 juta dolar AS atau sekitar Rp 535,7 miliar.

Girkin secara khusus didakwa setelah sebuah media sosial Rusia, di mana kelompok separatis pimpinan Girkin memiliki akun resmi, mengklaim bertanggung jawab menembak jatuh sebuah pesawat Antonov An-26 milik Ukrina.

“Kami peringatkan mereka agar tak terbang di langit kami,” demikian komentar kelompok tersebut di akun media sosial tersebut.

Setelah terungkap bahwa yang ditembak jatuh ternyata sebuah pesawat komersial, komentar itu kemudian dihapus. Itulah yang memicu dugaan bahwa kelompok separatis “tanpa sengaja” menjatuhkan MH17.

Namun, Republik Rakyat Donetsk, yang diproklamirkan separatis Ukraina, membantah bertanggung jawab atas bencana yang menimpa MH17. Bantahan ini yang kemudian ditentang di pengadilan Chicago.

“Penerbangan MH17 terbang di atas wilayah udara di mana kelompok pemberontak sedang berperang dan pasukan pemberontak di bawah komando terdakwa Girkin menembak jatuh pesawat Boeing 777-200,” demikian sebagian isi surat dakwaan itu.

“Girkin memerintahkan, membantu dan/atau bersekongkol dengan para orang-orang yang menembakkan misil atau beberapa misil,” tambah surat dakwaan itu.

Fliyd Wisner, kuasa hukum yang menangani kasus ini, menggunakan Undang-undang Perlindungan Korban Penyiksaan AS yang bisa digunakan terhadap warga asing untuk menyeret Girkin ke pengadilan AS.

“Ini bukan masalah uang, kami ingin mendapat jawaban dari Girkin dan menekan Rusia agar mau bekerja sama dengan pengadilan internasional,” kata Wisner.

“Kami bahkan melakukan ini dengan gratis. Kami ingin melayani keluarga korban dan mereka menginginkan jawaban serta tak ingin kasus ini dilupakan,” lanjut Wisner.