AVIATREN.com – AirAsia Group terus alami kerugian selama pandemi menerjang industri penerbangan.
Bahkan, dalam laporan keuangan kuartal-III (Juli-September) tahun ini, kerugian AirAsia Group tercatat mencapai 887 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 3 triliun).
Angka tersebut lebih tinggi dibanding kerugian grup maskapai murah (LCC) tersebut pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat di angka 851 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 2,9 triliun).
Selain itu, pendapatan AirAsia Group selama tiga bulan terakhir juga mengalami penurunan 36,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 468 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 1,5 triliun) ke 295 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp 1 triliun).
Menurut pihak AirAsia Group, penurunan ini disebabkan oleh pembatasan wilayah yang berlaku di Malaysia dan Indonesia.
Hal itu berdampak kepada jumlah penumpang yang kini disebut berkurang hingga 91 persen (Malaysia) dan 79 persen (Indonesia) dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Meski perbatasan internasional tetap ditutup, AirAsia Group terap fokus pada penyediaan operasi domestik terbatas di negara-negara tempat kami beroperasi. Malaysia sendiri masih melakukan pembatasan perjalanan untuk sebagian besar waktu di kuartal-III 2021,” kata pihak AirAsia Group dalam sebuah pernyataan.
“Sementara itu, armada AirAsia Indonesia kami masih dibekukan sebagai dukungan untuk upaya pemerintah memberantas Covid-19,” imbuh AirAsia Group.
Bisnis Teleport meningkat
Meski demikian, tidak semua lini bisnis AirAsia Group mengalami penurunan. Teleport, divisi logistik grup maskapai LCC itu, mencatatkan peningkatan pendapatan hingga tiga kali lipat di kuartal-III tahun ini, apabila dibandingoan dengan periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan pendapatan ini, yang boleh jadi didorong oleh permintaan pasar kargo yang meningkat, juga menyumbang sekitar 53 persen terhadap total pendapatan AirAsia Group secara menyeluruh di kuartal-III 2021.
Secara keseluruhan di sembilan bulan terakhir di 2021, kerugian AirAsia Group sendiri menurun menjadi 2,23 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 7,5 triliun). Pada periode yang sama tahun lalu, total kerugian mencapai 2,66 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 9 triliun).
Sementara itu, pendapatannya di sembilan bulan yang sama menurun 66,8 persen dari 2,97 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 10 triliun) ke 1 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 3,3 triliun).
Ke depannya, AirAsia Group memprediksi tren kerugian dan penurunan pendapatan ini bakal berkurang pada kuartal-IV 2021, mengingat kondisi industri penerbangan yang mulai pulih dan kesiapan grup maskapai LCC ini menghadapi lonjakan penumpang.