AVIATREN.com – Maskapai Garuda Indonesia mengatakan pihaknya belum menyepakati pengembalian 18 pesawat Bombardier CRJ1000 kepada perusahaan lessor (penyedia jasa sewa pesawat) yang menjadi mitra mereka.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra dalam sebuah pernyataan. Menurut Irfan, pihaknya saat ini tengah melakukan proses negosiasi dengan perusahaan lessor mereka.
“Kami masih berdiskusi terus (terkait pengembalian 18 pesawat Bombardier CRJ1000),” kata Irfan sebagaimana dilansir InvestorDaily dan dikutip Aviatren, Selasa (9/11/2021).
Irfan melanjutkan, pembayaran sewa pesawat CRJ1000 yang saat ini masih dimiliki oleh Garuda sendiri belum dilanjutkan. Sebab, ia menunggu kesepakatan dari pihak lessor terlebih dahulu.
“Kami menunggu kesepakatan (dengan lessor),” imbuh Irfan tanpa menyebutkan apakah 18 unit pesawat Bombardier CRJ1000 tersebut masih digunakan atau tidak.
Negosiasi disebut harus cepat
Terkait belum adanya pengembalian oleh Garuda, pengamat penerbangan Arista Atmadjati berpendapat bahwa maskapai pelat merah ini sebaiknya segera menuntaskan negosiasi dengan para perusahaan lessor Bombardier CRJ1000.
Sebab, jika tidak segera diselesaikan dengan cepat, hal ini bakal menimbulkan penambahan biaya yang berkontribusi pada arus kas perusahaan.
“(Penyewaan pesawat) ini biayanya bisa membengkak kalau didiamkan terus,” tutur Arista dalam kesempatan terpisah.
Arista lantas mengusulkan agar pesawat-pesawat Bombardier tersebut ditawarkan ke pasar-pasar yang membutuhkan, seperti Amerika Serikat dan Kanada.
Sebab, kedua pasar penerbangan di wilayah tersebut sudah berangsur pulih seiring dengan pelonggaran pembatasan akibat Covid-19, tidak seperti Indonesia.
“(Garuda bisa) coba melepaskan (Bombardier CRJ1000) ke market Amerika Serikat atau Kanada yang mulai pulih,” ungkap Arista.
Sebelumnya, sekitar Februari 2021, Garuda Indonesia sempat menyampaikan pemutusan sepihak atas kontak sewa 12 pesawat Bombardier tipe CRJ1000 dengan penyedia sewa pesawat yang menjadi mitranya, yakni Nordic Aviation Capital (NAC).
Dengan menghentikan kontrak 12 pesawat ini, Garuda menaksir bisa mengurangi potensi kerugian senilai 220 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,1 triliun.
Menyewa 119 pesawat dan punya 6 armada
Menyoal pesawat sewaan sendrii, dalam keterbukaan informasi publik yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Garuda Indonesia menyatakan bahwa saat ini mereka masih menguasai total 119 pesawat sewaan dan memiliki 6 armada pesawat.
Pesawat tersebut terdiri atas 57 pesawat B737-800, 18 pesawat CRI1000, 13 pesawat ATR 72600, 10 pesawat B777-300, 11 pesawat A330-300, tujuh pesawat A330-200, tiga pesawat A330-900, dan enam armada yang dimiliki bertipe A330-300.
Garuda pun mengatakan pihaknya terus melakukan negosiasi dengan para lessor untuk membantu maskapai tersebut untuk bangkit kembali.
“Saat ini perseroan terus melakukan renegosiasi sewa pesawat kepada lessor sebagai bagian dari upaya restrukturisasi perseroan,” ungkap manajemen Garuda dalam keterbukaan informasi publik beberapa waktu lalu.