Boeing: Dalam 20 Tahun, Asia Tenggara Butuh 3.000 Pesawat

Pabrik Boeing 737 di Renton, AS.
Pabrik Boeing 737 di Renton, AS.
Pabrik Boeing 737 di Renton, AS.

AVIATREN.com – Boeing memprediksi, permintaan pesawat udara dalam 20 tahun ke depan mencapai 3.750 unit, dengan total nilai sebesar 550 miliar dollar AS (sekitar Rp 7.400 miliar).

Hal itu diutarakan Dinesh Keskar, Senior Vice President Boeing Asia Pacific and India Sales, di hadapan para jurnalis di ajang pameran kedirgantaraan Singapore Airshow, Selasa (16/2/2016) di Changi Exhibition Centre, Singapura.

Dinesh menambahkan, dari angka tersebut, 76 persen di antaranya merupakan pesawat lorong tunggal (single aisle), seperti Boeing 737 atau Airbus A320.

Kebutuhan tersebut meningkat didorong pertumbuhan bisnis maskapai berbiaya murah (low cost carrier/LCC) di pasar-pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, Vietnam, dan Myanmar.

Di Indonesia, Lion Air saat ini menjadi operator pesawat buatan Boeing dengan jumlah paling banyak.

Menurut data dari Airfleet.net, jumlah armada Boeing 737 Lion Air hingga akhir 2015 sebanyak 112 unit.

Sementara maskapai Citilink dan Indonesia AirAsia merupakan dua operator Airbus A320 paling banyak di Indonesia, masing-masing 36 dan 25 pesawat.

Direktur Umum Lion Air Edward Sirait telah mengatakan, Lion Group akan mendatangkan 31 pesawat sepanjang 2016 ini, yang terdiri atas tiga pesawat untuk Lion Air, 14 pesawat untuk Batik Air, dan 14 pesawat untuk Wings Air.

“Yang tiga unit untuk Lion Air, semua Boeing,” kata Edward kepada Kompas.com, belum lama ini.

Sisanya, 14 unit adalah pesawat ATR72 untuk maskapai Wings Air dan 14 pesawat lainnya untuk Batik Air yang terdiri atas 8 unit Airbus A320 dan enam unit Boeing 737.

Kembali ke Boeing, menurut Keskar, rata-rata konsumennya memesan 25 hingga 40 pesawat sekaligus lalu mengganti armada yang sudah tua setiap tiga tahun sekali.