AVIATREN.com – Maskapai penerbangan Philippine Airlines (PAL) berencana memulangkan 22 unit pesawat ke sejumlah perusahaan lessor mereka. Hal ini disampaikan Presiden Philippine Airlines, Gilbert Santa Maria dalam sebuah konferensi pers beberapa waktu lalu.
Menurut Gilbert, hal ini dilakukan sebagai upaya mewujudkan restrukturisasi finansial perusahaan, pasca maskapai penerbangan asal Filipina itu mengajukan pailit di AS melalui rencana “Chapter 11”.
Dengan langkah pengembalian puluhan unit pesawat pinjaman tadi, Philippine Airlines akan memiliki total 70 pesawat untuk melayani rute penerbangan, berkurang dari total armada Philippine Airlines sebelumnya yang berjumlah 92 pesawat.
Tidak disebutkan secara rinci jenis pesawat apa yang bakal dikembalikan ke sejumlah perusahaan lessor Philippine Airlines tadi.
Namun, berdasarkan rumor yang menyeruak, pesawat Philippine Airlines yang akan dipensiunkan adalah sejumlah unit pesawat berbadan lebar (wide-body) Airbus A350 dan Boeing B777.
Saat ini, PAL sendiri memiliki 10 unit B777-300ER, di mana enam di antaranya adalah pesawat sewaan dari lessor.
Sedangkan untuk pesawat Airbus, PAL memiliki empat unit A350-900 yang seluruhnya merupakan pinjaman dari lessor.
Pada Mei lalu, PAL mengonfirmasi bakal mengembalikan setidaknya dua unit A350 dan hingga empat unit B777.
Dengan begitu, beberapa unit dari total 22 unit pesawat yang dikembalikan kemungkinan besar merupakan kedua tipe pesawat tersebut.
Menunda pengiriman pesawat
Selain memangkas jumlah armada, Chief Financial Officer PAL, Thaddeus Rodriguez mengatakan pihaknya juga tengah bernegosiasi dengan Airbus untuk memperlancar proses restrukturisasi finansial perusahaan.
Beberapa hal yang dibicarakan adalah soal penundaan pengiriman 13 pesawat lorong tunggal (narrow-body) A321neo yang sebelumnya dipesan PAL, berikut opsi untuk membatalkan sejumlah pesanan tersebut pada 2026-2030.
Meski demikian, pembatalan pesanan tersebut akan bergantung pada bagaimana restrukturisasi finansial PAL akan berjalan. Jika sukses, maka bisa saja tidak ada pesanan pesawat yang dibatalkan.
Sekadar informasi, rencana restrukturisasi finansial Chapter 11 tadi bertujuan untuk meringankan beban utang PAL yang disebut mencapai 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28,5 triliun.
Angka tersebut juga termasuk ekuitas utang jangka panjang dan pembiayaan utang dari pemegang saham terbesar PAL, yakni PAL Holdings senilai 505 juta dolar AS (sekitar Rp 7,2 triliun), serta utang senilai 150 juta dolar AS (sekitar Rp 2,1 triliun) dari para investor baru.
Gilbert sendiri yakin bahwa rencana pemulihan ekonomi Chapter 11 di perusahaan yang ia pimpin itu akan berhasil, sehingga bakal mengembalikan kondisi keuangan PAL.
“Kemungkinan ini (restrukturisasi finansial) akan gagal sangat kecil,” kata Santa Maria.